Friday, July 13, 2012

Pagi Dingin


Pagi ini terasa dingin. Tanah masih menyisakan jejak-jejak sisa hujan malam tadi. Cuaca seperti ini sesungguhnya tidak terlalu aku nikmati. Bagaimana tidak? Dengan suhu yang menurun begini, aku sebenarnya lebih memilih menggelung diri daripada harus menyiksa diri disini. Belum banyak sesuatu yang berarti yang bisa aku nikmati.
Aku tertawa miris dalam hati. Dan juga terus berpikir, mengapa aku bisa begini. Aku kehilangan. Dan yang lebih tragis lagi, kehilangan jiwa sendiri. Dinding yang berdiri kokoh ini seakan memberi sugesti, kau tidak akan bisa mandiri. Aku langsung seperti manusia yang kehilangan destinasi. Membuat hati mengkerut seakan ingin mati.
Aku melemparkan visualku ke segala arah. Memperhatikan mereka semua yang sepertinya terarah. Tidak sepertiku yang bersusah payah untuk tak menyerah. Pagi dingin begini, serasa kian memperparah. Menyerahlah…kau akan selalu kalah, bisik si setan bedebah.
Aku meneguk saliva, yang turut menimbulkan rasa sakit di tenggorokanku. Tiba-tiba pikiran aneh datang mengganggu. Bisakah waktu membeku? Cukup aku saja yang menguasai waktu, dan aku bisa bersikap sesukaku. Aku bisa menghampiri masa depanku, ataupun terlempar kembali ke masa lalu. Namun, aku jadi termangu. Bodoh! Betapa semua itu begitu saru. Tak akan ada manusia yang bisa membolak-balik waktu. Apalagi kembali ke masa lalu. Sekalipun itu sedetik yang telah lalu.
Aku tersadar dari pikiranku. Betapa bodoh saat ini aku menyia-nyiakan waktu. Aku bukan hidup di masa lalu. Tapi aku harus membangun hari ini, untuk masa depanku yang lebih baru. Sudah ada sang juru cerita bagi kehidupanku. Aku tinggal memainkan peranku, menikmati semua yang ada di hadapanku.

Dumai, 13 Juli 2012
10.00 AM

0 comments:

Post a Comment