Sunday, December 18, 2011

Janji Penyu

Belajarlah tentang hakikat menepati janji
dari seekor penyu
Sejauh apapun kehidupan membawanya,
Pasti ia akan kembali ke tanah tempat ia dilahirkan
Ke tanah tempat ia pertama kali
menyentuh air perjalanan kehidupannya

Janji penyu, janji sejati
Tak pernah terkikis meski lama di air asin
Janji penyu, janji tentang kesetiaan
Kesetiaan akan tanah leluhurnya
Kesetiaan akan cinta pertamanya
Janji penyu, penuh ketulusan

Dan aku akan menjelma penyu,
Untuk cinta yang tertimbun lara...


Bandung, 18 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Rahasia

Cintaku terhadapmu...
Sama seperti syair yang slalu ku tulis
Syair tentang cinta, tentang harapan
Namun tak pernah terjamah orang
Semua menjadi rahasia
Rahasia antara aku, Tuhan dan tulisanku sendiri
Semua tersimpan rapi
Dan tak pernah ku berikan pada yang lain
Tak masalah jika mereka menemukannya secara tak sengaja
Namun tidak akan ku beberkan sendiri
Karena ini rahasia,
Rahasia hati seorang pengagum rahasia


Bandung, 18 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Tetap Saja Aku Mencintaimu

Tetap saja, aku mencintaimu
Dengan setumpuk keangkuhanmu terhadapku
Berharap mendapatkan kemekaran
Malah layu kemudian mati yang menghampiri

Aku mendekatimu selangkah
Tapi kau berlari sepuluh langkah menjauhiku
Namun harapku tak pernah setinggi ini
Agar kau sedikit saja menyadari kehadiranku

Mencintaimu seperti berharap
agar duri dari mawar tak pernah ada
Karena tak mungkin mawar tanpa duri
Bila tanpa duri, itu pasti bukan mawar
Tapi bunga yang menyimpan makna berbeda

Sama seperti kamu
Kamu tanpa keangkuhanmu,
itu bukan kamu
Biarkan aku tersakiti,
Asalkan aku bisa di dekatmu
Karena tetap saja, aku mencintaimu...

Bandung, 18 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Saturday, December 17, 2011

Harap

Aku berlari menentang angin
Bermain asa meneguk harap
Melambungkan pinta agar Ia mendengarku
Aku disini yang sedang menderita
Menderita karena batin yang kian tertekan
Aku ibarat buluh yang terbang tertiup angin
Tak punya arah dan tempat berpegang
Tak memiliki kekuatan bahkan sekedar menghindar hantaman carang
Aku slalu berusaha mencari jalan
Tapi sepertinya jalan yang enggan melihatku

Saat tetesan air langit turun,
Aku kembali meminta kebaikan
Agar ia membantuku lepas dari jerat angin ini
Tapi ternyata, ia memberikan jalan lain
Ia membantuku lepas dari perangkap angin,
tapi kemudian ia menjatuhkanku
dan membiarkanku jatuh menghantam tanah
Sakit. Tapi tidak sesakit hatiku
Aku merasa alam sedang tak bersahabat denganku
Mereka dengan kompak menertawakan kejatuhanku
Jika sudah begini,
hanya Ia satu-satunya penyembuh luka
Ia yang tak pernah tidur dan tak pernah lelah mendengar pintaku

Bandung, 17 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Sunday, December 4, 2011

Kelabu


Tak ada yang benar-benar hitam dan tak ada pula yang benar-benar putih di dunia ini. Yang ada hanya kelabu...

Akhir November 1988,

Sunyi. Itulah penilaian pertama dari ruangan yang berukuran tak seberapa besar ini. Suara keyboard komputer yang beradu dengan jari satu-satunya manusia di ruangan ini menjadi musik latar pengiring kesunyian. Entah apa yang sedang dilakukan oleh lelaki itu. Yang pasti dia terlalu sibuk dengan dunianya hingga rengekan kucing kesayangannya yang sudah dari 28 menit yang lalu meminta makan padanya, tidak dia hiraukan.

"Haha...berhasil!!" pekik lelaki itu tiba-tiba hingga kucing yang sedari tadi bergelayut manja di kakinya, langsung berlari dan bersembunyi di balik lemari.

Lelaki itu seolah belum menyadari dengan apa yang baru saja dilakukannya. Dia terus tersenyum dan menatap bangga pada layar komputernya.

Kucingnya yang berada di balik lemari kembali mengeong. Kali ini lelaki itu baru menyadari keberadaan kucingnya karena suara kucingnya terdengar ketakutan.

"Aahh...kemarilah sayang" lelaki itu menggendong kucingnya. Menimangnya seperti anak manusia.

"Maafkan aku yang telah membuatmu ketakutan. Aku tadi terlalu senang hingga lupa akan dirimu. Kau lapar bukan??"

"Ayo, kali ini kita akan makan mewah" ucap lelaki itu pada kucingnya.

"Aku akhirnya berhasil menanamkan worm pada OS UNIX mereka" kucing lelaki itu mengeong, seolah mengerti terhadap apa yang diucapkan oleh lelaki itu.

"Haha...kau mau mendengar cerita lengkapnya ya?! Sambil makan, akan kuceritakan"

Lelaki itu biasa dipanggil Robert. Lengkapnya Robert Mitnick. Seorang maniak dalam mengotak-atik komputernya. Sudah berulang kali dia melakukan pembobolan bahkan kekacauan pada jaringan-jaringan komputer. Awalnya hanya berupa keisengan. Tapi lama-lama justru menjadi sebuah kebutuhan. Ada rasa bahagia tersendiri dalam dirinya tiap kali berhasil melakukan aksinya.

Karena kebiasaannya itu, dia pun mendapat julukan sebagai black-hat hacker atau hacker topi hitam. Tokoh yang kerap melupakan batasan moral dan etika dalam melakukan inovasi teknologi. Sudah banyak yang memburunya. Tapi satu-satunya data yang berhasil ditemukan darinya ialah Morris, nama yang ia gunakan sebagai seorang hacker.

Kali ini ia menanamkan worm atau 'cacing' pada sistem operasi UNIX sebuah universitas IT yang cukup terkenal di Amerika. Worm tidak perlu sengaja dituangkan pada disket ataupun flashdisk untuk menyebarkan diri. Worm komputer bisa menyebarkan dirinya sendiri selama ada jalan yang bisa menghubungkan dirinya ke komputer lain seperti jaringan internet atau jaringan komputer lokal.

Worm ini dapat menjalankan perintah-perintah lain pada mesin yang ditujunya. Untuk bisa menyusup ke sistem komputer lain, worm di program untuk dapat menemukan daftar pemakai dari sebuah jaringan komputer dan kemudian mulai mencari passwordnya. Dengan memanfaatkan kemalasan pemakai komputer, si worm mencari komputer yang password-nya sama dengan username-nya. Jika cara ini gagal untuk menembus sistem komputer, worm diperintahkan untuk mencoba username lain dengan menggunakan daftar 432 password yang bisa dipakai oleh para hacker.

Ini hanya proyek main-main bagi Robert. Karena ada kesenangan tersendiri saat mengetahui orang-orang panik mendapati kerja komputernya kian berat.

"Biarkan saja administrator jaringan komputer bekerja lebih keras malam ini. Kita bersantai..."

Keisengan yang merajai. Memang tak selamanya merusak. Namun pasti merugikan...

***