Sunday, July 31, 2011

Sebentuk Hati

Malam Ramadhan pertama. Aku begitu bersyukur bisa bertemu lagi dengan bulan yang mulia ini. Tapi entah mengapa, aku justru merasa enggan untuk melangkahkan kakiku ke masjid untuk menjalankan ibadah shalat tarawih berjamaah. Ada sedikit rasa berat didalam hatiku. Aku tahu, ini dikarenakan hanya dalam hitungan jam aku akan pulang ke kampung halamanku yang sudah lima bulan ini aku tinggalkan.

Bahagia? Pasti. Rasa rindu yang telah tertumpuk didalam hatiku terhadap orangtuaku, adik kecilku, rumahku, teman bermainku...semua. Semua yang ada disana sungguh aku rindukan. Banyakkah yang berubah dari sana? Entahlah. Aku tidak dapat memastikannya hingga aku tiba disana. Lima bulan, waktu yang tidak sebentar. Segalanya bisa terjadi. Karena waktu, sesingkat apapun dia, bahkan walau hanya sedetik, dapat mengubah segala hal yang ada di dunia ini.

Aku menatap sendu jalanan kota dari dalam angkutan massal ini. Ya, akhirnya aku putuskan untuk keluar mencari beberapa hal yang bisa aku jadikan oleh-oleh. Hei, jangan kau berpikir aku tidak menjalankan ibadah tapi justru malah keluyuran. Aku tetap menjalankan ibadah shalat tarawihku. Tapi, ya...bukan di masjid secara berjamaah, melainkan di kosanku.

Saturday, July 30, 2011

Filosofi Orion

Hei kamu, apa kabar kau disana? Sudah satu minggu satu hari aku tidak melihatmu kembali. Sudahkah tugas akhirmu terselesaikan? Aku harap kamu dapat menyelesaikannya dengan baik dan sidangmu dapat berjalan dengan lancar.

Hei, coba lihat ke langit malam, dapatkah kau melihat jutaan bintang yang berpendar menerangi bumi? Pasti kau dapat melihatnya, jika pandanganmu tidak tercemari oleh cahaya-cahaya buatan dari bumi. Cobalah kau lihat pada langit bagian barat sana. Kau akan menemukan rasi bintang Orion yang dapat dikenali dengan tiga bintang kembar berjajar. Rasi bintang yang bersimbolkan si pemburu berpedang dan bersabuk. Pada sejarah Yunani kuno, Orion merupakan tokoh yang pemberani. 

Pada salah satu kisah diceritakan, meski ia mengalami kebutaan karena ulah Oenopion, Orion tetap bisa menjadi pemburu nan gagah di Kreta pada saat perjalanannya ke timur agar bisa melihat kembali. Kau tau, aku ingin menjadi seperti Orion di kisah ini. Mengapa? Meski tak dapat melihat, Orion tetap tangguh agar bisa kembali melihat dan tetap mempertahankan jiwa sejatinya. Jiwa seorang pemburu. Aku ingin dalam mencintaimu, aku bisa mendapatkan kekuatan seperti Orion. Kekuatan agar aku bisa bertahan dari segala hal yang selalu membuat hati aku lemah dan menangis.

Dan di kisah lain menceritakan, Orion yang menjalin cinta dengan Aurora -yang sudah mempunyai suami Aeolus- sempat mengatakan akan memusnahkan semua binatang buas yang ada di bumi dan mempersembahkannya kepada Aurora. Tapi Apollo yang mendengar hal tersebut segera mengirim seekor kalajengking raksasa untuk mebunuh Orion. Tapi pada akhirnya, Orion justru mati ditangan Diana karena terkena anak panah Diana yang salah sasaran.  Diana yang berduka segera menempatkan Orion di angkasa sebagai rasi bintang Orion. Dan si kalajengking juga diletakkan oleh Apollo di angkasa. Saat ini, kita mengenal sang kalajengking dengan sebutan Scorpius.

Tahukah kau satu rahasia bahwa pada saat rasi bintang Orion terlihat terang di langit pada bulan Januari hingga Februari justru rasi bintang Scorpius terlihat meredup dan begitu pula sebaliknya? Itulah yang dapat aku ibaratkan antara kita saat ini. Saat kau berada di tempatmu dan di masamu (atau aku bisa bilang saat kau bersama teman-temanmu), kau akan terlihat begitu jelas. Kau begitu indah. Kau dapat menjadi dirimu yang sebenarnya. Namun disaat yang bersamaan, aku terasa meredup karena kau tak pernah tahu bahwa ada satu orang yang selalu memperhatikanmu dan mendoakanmu di sudut tergelap dirinya. Itulah aku.


Ujung Pelangi
30 Juli 2011

Heartbreak

Hei, ke kost aku sekarang nek. Aku mau pulang, buru2 nih.

Itulah  sebait pesan singkat yang aku terima dari teman sekelasku. Hari ini dia akan pulang ke tempat asalnya yang masih di salah satu kota di Jawa Barat. Sedikit kesal juga. Seharusnya kan dia yang pamitan dan datang ke kosku. Ini mengapa aku yang disuruhnya datang ke tempat kos dia? Tapi tidak apa-apalah. Aku sudah lama juga tidak datang ke kosan dia dan aku juga ingin bertemu dengan ibunya. Setahuku orangtuanya akan menjemput dia hari ini. Hah...masih sebulan lagi kami baru bisa bertemu.

Aku segera mengambil jaket dan jilbab yang tergantung di dinding kamarku. Setelah memastikan listrik yang menyala telah aku matikan, aku segera melangkah keluar dan mengunci pintu kamarku.

Disaat akan menuruni tangga, aku melihat ada dua buah koper dan dua buah kardus di salah satu sudut balkon. Ah...ini pasti barang-barang salah satu teman kosku yang nanti sore juga akan pulang ke kampung halamannya bersama kedua orangtua dan adiknya. Memang, dua hari lalu keluarganya sudah tiba disini untuk menjemputnya.

Tiba-tiba perasaan sedih dan sesak menggelayuti hatiku. Ada apa ini? Aku yakin bukan karena dua orang temanku akan pulang hari ini, sedangkan aku masih harus menetap disini. Toh, 3-4 hari lagi aku juga akan pulang. Lalu...

Bayang-bayang wajah orang yang aku cintai tiba-tiba berputar ibarat film bioskop didepan mataku. Dia ternyata. Dia yang selama beberapa bulan ini tak henti-hentinya aku pikirkan. Dia yang selama ini berhasil membuat aku senyum-senyum sendiri hingga aku nyaris dikatakan sebagai orang gila oleh teman-temanku. Sambil menuruni tangga, pikiranku melanglang buana menuju hari-hari kedepan.

Tiga hingga empat hari lagi, aku akan pulang dan aku tidak pasti dapat bertemu dengannya lagi. Kecuali jika aku ada urusan untuk pergi ke kampus menjelang kepulanganku. Aku sendiri tidak dapat memastikan apakah aku akan ada kegiatan untuk pergi ke kampus. Di pertengahan bulan depan, dia juga akan pulang ke kampung halamannya dan itu setelah dia menjalani sidang akhirnya. Selama sebulan aku libur, sudah dipastikan tak dapat bertemu dengannya.

Pada saat selesai liburan, sudah pasti dia tidak akan datang lagi ke kota kembang ini. Dia tidak akan mengikuti matakuliah apa-apa lagi, kan?! Sidang juga sudah ia jalani. Tapi jika ia baru akan sidang di bulan September nanti, akan jadi lain soal. Saat ini yang ada dipikiranku hanya kemungkinan terburuk.

Jika memang seperti itu jadinya, berarti...aku baru akan bisa bertemu dengannya lagi nanti saat ia akan menjalani wisudanya. Itu masih sekitar dua hingga dua setengah bulan lagi. Setelah wisudanya berakhir?? Aku benar-benar merasa gila memikirkan ini. Hanya memikirkannya saja sudah membuatku seperti ini. Apalagi jika benar seperti itu kejadiannya. Ya Tuhan...sanggupkah aku bila selama itu tidak melihatnya? Sanggupkah aku menjalani hari setelah acara wisudanya itu?

Tuhan...bantu aku. Bantu aku untuk bertemu dengannya menjelang kepulanganku. Aku ingin melihatnya dan aku harap ia juga bisa melihatku dan memberikan senyuman serta sapaannya padaku. Jika tidak, aku mungkin akan sangat menyesali. Menyesali pertemuan terakhirku dengannya seminggu yang lalu, aku tidak mendapatkan sapaannya bahkan sekalipun hanya sebuah kesadarannya akan hadirku.


Ujung Pelangi
29 Juli 2011

Wednesday, July 27, 2011

Kamu by Coboy jr (lirik)

Kamu buat aku tersipu
Buatku malu-malu
Saat bersamamu
Saat ku sapa dirimu

Aku kok merinding buluku
Kok jadi gugup aku
Saat bersamamu
Saat kau senyum padaku

*Mungkin inilah rasanya
Rasa suka pada dirinya
Sejak pertama aku bertanya
Facebookmu apa nomormu berapa

**Mungkin inilah rasanya
Cinta pada pandang pertama
Senyuman manismu itu
Buat aku dagdigdug melulu

Nanti aku follow twittermu
Kan ku tunggu retweetmu
Agar aku tau
Sukakah kamu kepadaku

*
**

Yey cuma kamu cuma kamu
Yang bisa membuatku tidur tak tentu
Memikirkanmu pujaan hati
Oh kamu cantik sekali

Oh Tuhan aku hanya ingin dia tau
Kamu lucu kamu sangat lucu


Coboy jr itu semacam boyband cilik gitu. Terdiri dari 4 orang anak laki-laki yang ya...dibilang masih kecil gak, remaja juga gak. Mereka ialah Bastian, Iqbal, Kiki, dan Aldi. Aku pertama kali mendengar lagu ini saat Coboy jr nyanyi di dahsyat beberapa hari lalu. Langsung suka ama lagunya karena liriknya yang unik dan sesuai dengan aku. Kalau mau dengar, bisa mampir kesini.

Sunday, July 24, 2011

Tulisan Cerewet 3

Pernahkah kau sadari bahwa dirimu telah mempengaruhi orang lain?? Jika kau belum menyadarinya, sini ku beri tahu. Kau sudah mempengaruhi hidup seorang anak manusia. Kau mungkin tidak mengetahuinya, karena ia yang hanya mampu melihatmu dari kejauhan. Tak perlu kau hadir di depan dirinya. Mendengar namamu saja, sudah cukup membuat ia berpuluh kali lipat berjuang agar bisa menyangga berat tubuhnya. Kakinya tiba-tiba seolah dilolosi tulang. Dapat terlihat kuat di depan teman-temannya saja, sudah cukup agar ia bisa mendapatkan standing ovation dari semua makhluk yang melihatnya. Melihat namamu tertulis saja, sudah cukup membuat ia selalu merapalkan doa untukmu. Doa yang tulus dari palung hatinya. Doa agar segala rahmat Tuhan selalu menyertaimu. 

Pernahkah kau menyadari ada yang berbeda darinya saat ia berada di dekatmu?? Ah...aku yakin kau tidak menyadarinya. Kau pasti hanya menganggapnya orang biasa yang secara kebetulan bisa kau ketahui namanya. Tapi baginya, semua tidak sesederhana itu. Mengenalmu, itu merupakan anugerah tersendiri bagi dirinya. Walaupun pada akhirnya, berhadapan denganmu hampir membuat ia kehilangan akal sehatnya. Ia yang biasanya ialah manusia yang selalu kelebihan kosakata, bisa kehilangan hampir separuh kosakata yang ada jika kau berada di dekatnya. Sekalipun, dia bukan berbicara denganmu. Pernah juga kah kau mendengar ada yang berbeda dari suaranya saat berbicara di dekatmu? Jika kau belum juga mengetahuinya, aku harap kau segera sedikit saja memperhatikannya. Sedikit saja dulu, tak perlu begitu kau perhatikan secara lebih. Karena secara kasat pendengaran saja, suaranya sudah dapat dipastikan bergetar. Dan itu terjadi hanya pada saat kau berada di dekatnya. Wow! Apa yang telah kau lakukan padanya hingga dia bisa seperti itu?? Haha...

Kau pernah meminta doa darinya agar tugasmu bisa terselesaikan. Tahukah kau pada saat itu dia merasa sedang berada di negerinya para dewa-dewi?! Sedikit berlebihan memang mengingat permintaan itu hanya permintaan 'biasa'. Tapi terasa lebih dari sekedar luar biasa bagi dirinya yang mendapatkan kalimat itu darimu. Dan...apa jawabannya pada saat itu?? 'Pasti!' ya, ia pasti mendoakanmu. Itu bukan sekedar kalimat penghibur atau pun penyemangat. Itu pasti dilakukannya di setiap sujudnya kepada Tuhan, dan di setiap ia mengingat dirimu. Mendoakan bukan hanya sekedar terselesaikan tugas-tugasmu itu. Tapi juga kesuksesan untuk dirimu. Sungguh aku salut pada dirimu yang bisa 'berbuat' sejauh itu. Dan aku juga tak kalah salut dengan dirinya, yang begitu tulus untuk dirimu.

Sudah kah kau mengerti? Kau sangat mempengaruhinya. Begitu mempengaruhi seluruh hidup dan jiwanya.


Ujung Pelangi
23 Juli 2011

Saturday, July 23, 2011

Ibarat Angin

Mencintaimu ibarat memeluk angin
Hal yang sebenarnya sia-sia
Karena pasti tak akan berarti apa-apa
Angin akan berlarian melepaskan diri
Melewati sela-sela jari,
Menembus pori-pori kulit

Tapi aku tak peduli
Tak masalah dengan segala cemooh
yang hadir karena kekonyolanku
dan segala kebodohanku
Karena di dalam hatiku
Aku telah menancapkan keyakinan,
Aku bisa membuat sebuah keajaiban
Keyakinan bahwa aku bisa mendapatkanmu
Sekalipun kau akan pergi
Karena sesungguhnya jarak,
tak akan mampu menghilangkan
cinta yang terlanjur tumbuh subur
di palung hatiku...


Ujung Pelangi
22 Juli 2011

Thursday, July 21, 2011

Secuil Kisah Tentangnya

Aku tak pernah tau, mencintai seseorang itu bisa membuatku segila ini. Setiap saat, aku berharap dapat melihat wajahnya, mendengarnya berbicara, dan mengetahui apa saja yang dilakukannya. Kalaupun aku tak dapat melihatnya dengan jarak sehembusan napas, melihatnya dari jauh sudah memberikan angin segar tersendiri bagiku.

Tahukah kau, kawan? Bahkan melihatnya dari jauh seperti yang aku lakukan saat ini, sudah cukup membuat kakiku lemas, dan terkadang panas dingin. Jangankan itu, melihatnya hadir menghiasi timeline jejaring sosialku seperti ada jutaan kembang api yang meledak di dalam dadaku. Oh Tuhan...pernahkah kalian merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan saat ini? Jika pernah, tolong ceritakan, bagaimana caranya agar aku dapat mengendalikan diriku. Jika pernah, tolong ajari aku agar perasaan ini tidak membuatku lupa akan satu hal yang patut aku kagumi di dunia ini sebagai manusia. Karena bagiku, perasaan ini baru pertama kali.

Hei...tapi mengapa aku tiba-tiba merasakan sedih? Sedih seakan mau kehilangan? Hah...mungkinkah karena ia yang akan menyelesaikan kuliahnya dalam waktu dua hingga tiga bulan ini? Itu waktu yang tidak lama bagi orang-orang sepertiku. Orang yang diam-diam mengagumi orang lain yang baru dikenalnya bahkan dalam waktu hitungan jari. Terkadang ada rasa sedih dan sesal jika mengingat sebegitu singkatnya pertemuan kami. Sebegitu terlambatnya aku mengetahui dirinya. Tapi...masih pantaskah aku untuk merasakan sesal?

Tiba-tiba saja pemikiran lain menghampiriku. Jangan-jangan rasa sedih ini karena aku ingin menangisi diriku sendiri? Aku yang hanya bisa mengagumi, memperhatikan, dan mencintai seseorang dari jauh. Atau kau biasa menyebutnya sebagai pencinta diam-diam. Iya. Aku seorang pencinta diam-diam yang tak pernah bisa berbuat lebih terhadap orang yang dicintainya. Aku yang tak pernah bisa mengakui kepada orang yang aku cintai bahwa aku mencintainya.

Aahh...tiba-tiba saja aku merasakan dadaku sesak, seperti dihimpit jutaan batu meteor yang ada di luar angkasa sana. Benarkah karena perasaan yang aku pendam dari dirinya ini? Aku tiba-tiba merasa menjadi orang yang paling malang di dunia, orang yang patut mendapatkan belas kasihan dari orang-orang di sekitarku. Aish...gara-gara perasaan yang menyusahkan ini, aku sering menjadi manusia yang berlebihan.

Ya Tuhan....seandainya aku tak ingat bahwa saat ini aku sedang berada di keramaian, aku pasti akan segera menangis. Menangisi diriku ini yang malang ini. Perlu perjuangan keras agar aku bisa mengokohkan bendunganku agar jangan sampai ada yang melihat aku menangis. Apalagi 'dia' yang saat ini berada tak sampai sepelemparan batu dariku. Iya. Dia orang yang aku cintai. Yang pada saat awal aku menulis ini dia berada pada jarak yang cukup jauh dariku. Tapi kini, telah berpindah amat dekat dariku.


Ujung Pelangi
21 Juli 2011

Wednesday, July 20, 2011

Tuhan, Bantu Aku Mengendalikan Diri

Aku hanya bisa menghela napas berat. Lagi-lagi aku gagal mengendalikan emosi yang bergejolak dalam diriku. Saat merasa kesal dengan seseorang, emosiku bisa jadi meluap-luap, dan segala sumpah serapah bisa aku ucapkan. Kau tahu? Mampu mengendalikan emosi, sudah sedari aku duduk di  bangku sekolah menengah pertama menjadi list teratas untuk aku wujudkan. Tapi hingga kini, saat aku tak perlu lagi menggunakan seragam rapi, lengkap dengan dasi dan sabuk, aku belum mampu juga mengendalikan emosiku.

Hah...yang s'lalu aku sesalkan ialah kata-kata kasar yang aku ucapkan jika emosiku telah terpancing. Berbagai macam julukan nan kreatif mampu aku ciptakan tanpa perlu aku pikirkan. Hebat bukan? Aku seakan lupa diri dan tak memikirkan baik buruk dari ucapanku.

Mengapa? Mengapa emosiku begitu mudah tersulut? Mungkin memang aku bukan bertindak dengan kekerasan. Tapi, kata-kata juga bisa lebih mematikan dari pada pisau yang telah di asah, bukan? Tuhan...bantu, bantu aku mengendalikan diri. Tetaplah berada di sisiku saat hal-hal yang akan melemahkanku berdatangan. Kuatkan aku. Bantu aku untuk mengubah sifatku yang mungkin suatu saat, dapat melukai orang terdekatku.

Ujung Pelangi
20 Juli 2011

Ku Gantungkan Namanya Pada-Mu

Ada apa denganku?
Bisa-bisanya aku tak henti memikirkan lelaki itu.
Memangnya siapa dia?
Padahal aku mengenal dia secara tak sengaja, karena sebuah acara yang diadakan oleh kampusku dan yang kebetulan, setelah kegiatan itu, kami diberi kesempatan untuk bertemu kembali, sekali lagi. Hanya karena dua kali pertemuan itu, hingga sekarang dia tak henti berkeliaran di dalam batok kepalaku ini.

Aku akui, sebelumnya aku tak pernah merasakan perasaan sedemikian gila ini pada lelaki manapun. Aku menikmatinya. Perasaan deg-degan, tak karuan, bingung, semuanya! Tapi pada saat yang bersamaan pula, aku mengutuki perasaan ini.

Bagaimana tidak?

Dia terkadang membuatku lupa untuk memuji Tuhanku sendiri karena aku yang tak henti-hentinya memuji dirinya. Padahal, tak ada satu pun yang patut di puji oleh manusia, terutama seorang muslim selain Tuhannya, Allah swt, dan baginda Nabi besar Muhammad saw., bukan? Tapi mengapa selalu dia? Senyumnya, kebaikannya, keramahannya...ah, lihatlah...bahkan aku masih saja memujinya di saat aku seharusnya mengoreksi diri.

Aku juga selalu mencemaskan dirinya. Apakah dia sudah begini, sudahkah ia melakukan itu. Padahal seharusnya, aku lebih mencemaskan diriku sendiri yang sering melupakan keperluan diriku sendiri. Dia terlalu sering membuatku lupa daratan!

Ya Allah, mengapa sulit sekali mengendalikan hati ini?
Terkadang aku serasa ingin menangis jika mengingat harus berpisah dengannya. Padahal, hey...jauh lebih baik aku menangisi dosa-dosa yang selama ini aku perbuat dan berusaha mengubah diri menjadi yang lebih baik lagi. Bukan menangisi hal 'sepele' seperti ini.

Ya Allah, sungguh aku tahu, segala hal, perasaan yang aku rasakan saat ini semua karena kehendak-Mu. Tapi sungguh, bagaimanapun perasaan ini mengacaukanku, tolong lindungi aku. Jangan buat aku lupa akan diri-Mu karena terlalu sibuk memikirkannya. Biarkan perasaan ini menjadi perasaan yang suci, perasaan yang begitu Engkau ridhoi. Ku gantungkan namanya pada-Mu, agar kelak semoga ia menjadi orang yang halal bagiku. Dan...sebait doa untuk dirinya aku lafaz kan dalam setiap sujudku.

Ujung Pelangi
20 Juli 2011

Thursday, July 7, 2011

Ketika si 'Indolent' Menguasai

Akhirnya aku nulis lagi disini. Setelah beberapa hari (atau minggu) tidak ada yang aku perbarui. Bukan tak mau memperbarui. Tapi si indolent sedang menguasai diriku belakangan ini, selain karena tugas besar yang menggila dan membuat aku harus sering begadang. Sekarang ini jam di laptop ku menunjukkan pukul dua lewat tujuh belas menit dini hari, semangat untuk mem-posting tulisan baru disini mendadak muncul. Semua gara-gara aku habis melihat tumblr dari seniorku yang sepertinya juga sedang diserang virus indolent sehingga tulisannya baru ia perbarui setelah sekian lama.

Aku sebenarnya ingin memperbarui tulisanku dengan cerita yang aku buat. Tapii...cerita itu belum selesai aku ketik. Jika kau bertanya tentang ide, ide itu masih ada dan Insya Allah taste-nya masih aku rasakan. Masalahnya itu ialah karena si indolent. Virus yang membuat aku tidak semangat untuk membuka hasil ketikan aku yang sudah berjalan setengahnya. Padahal, semangat aku untuk menyelesaikan cerita-cerita itu sangat menggebu-gebu. Tapi, aku masih kalah dengan diriku sendiri. Sesuatu yang amat aku sesali.

Ada dua cerita saat ini yang menuntut untuk diselesaikan olehku. Yah...lagi-lagi di karenakan oleh si virus indolent itu, setiap harinya aku hanya mampu menambahkan beberapa kalimat di dalamnya. Saat aku sangat ingin menulis, mengetikkan kisah yang ingin aku bagikan, berbagi cerita agar dapat dibaca orang, justru si indolent menjadi sang juara di diriku. Tapi jika aku sedang tak ingin menulis, si indolent satu itu pergi sejauh-jauhnya dariku. Heyy...dia sering berada disaat yang tidak tepat. Dan aku membencinya.

Kali ini aku hanya berharap dapat meneyelesaikan tulisan-tulisan aku itu. Sungguh, keinginan itu sangat besar dalam diriku. Semoga Tuhan mau menolongku untuk menyelesaikannya.

 regards,
-admin-