Sunday, June 3, 2012

Drama


Saat aku terdiam, aku mencoba mengerti. Mengamati sekelilingku, mencoba untuk menebak segala sesuatu yang tak terlihat oleh kasat mata. Bagaimana orang-orang itu menjalani lakonnya di dunia ini. Ada yang sempurna jelas sedang menipu, ada juga yang bertingkah seolah tak mempunyai beban bagi lakon yang dijalaninya.

Aku meyakini, slalu ada yang tersimpan dari segala seni peran yang kita jalani di dunia. Tak menutup kemungkinan, ada air mata yang terbendung dari senyum yang menawan. Ada cinta yang mendalam dari sebuah kejenakaan. Ada beban besar yang ditanggung, dari bibir yang melucu. Terkadang, akan ada rasa sakit yang tersimpan dari segala kebaikan yang terurai. Jika sudah seperti itu, semua terasa semu, bahkan untuk hal yang bernama kebahagiaan.


Dalam hal ini, termasuk juga aku. Aku mungkin bisa menjadi lakon penipu ulung dalam sandiwara ini. Berpura-pura tak pernah terjadi apapun, namun dalam hati aku sakit menahan tangis. Rasa kesal dan amarah harus aku kubur dalam-dalam demi sebentuk hubungan yang orang-orang menyebutnya 'persahabatan'. Dan kalimat 'aku-tidak-apa-apa' selalu menjadi mantra andalanku.

Aku melihat, agar aku mengerti. Aku terdiam, agar aku bisa memahami. Aku merenung untuk belajar bagaimana bentuk takdir Tuhan sedang bermain di dunia ini. Walau aku tau, sulit untuk mendapatkan penjelasan yang pasti dari semua itu. Tak ada yang pasti. Bahkan sekedar untuk ilmu matematika.


Bandung, 2 Juni 2012
Catatan akan kekesalan hati

0 comments:

Post a Comment