Sunday, June 10, 2012

Kenangan yang Membeku


Aku tidak menyangka, ternyata sudah 11 tahun terlewati. Setiap detak yang berlalu, semakin menyamarkan wajahnya dari ingatanku. Kenangan bersamanya yang tak banyak, tiap hari kian menghilang. Membuat aku tersadar, ternyata telah sangat lama ia tak berada di sisiku.

Tuhan adil, memang. Ia akan mendatangkan orang-orang baru di kehidupan kita, menggantikan mereka yang telah pergi. Meskipun begitu, tetap saja, eksistensinya masih sering aku harapkan ada.

Aku sering meringis perih. Potret dirinya tak banyak tersimpan. Paling, hanya foto-foto saat ia masih kecil dulu. Atau yang cukup 'segar', fotonya yang tertempel di ijazah kelulusan. Dia tak begitu suka mengabadikan dirinya dalam selembar foto. Dia lebih sering menghindar untuk hal itu. Sekalipun ada gambarnya yang diambil secara diam-diam, ia mengoyak bahkan membuangnya. Seolah ia tahu, hidupnya tak akan lama. Dan ia tak ingin orang-orang terdekatnya menyimpan kenangan akan dirinya.

Hah...aku sering berpikir, bagaimana ia seandainya masih ada disini? Bagaimana kira-kira rupanya kini? Lalu dengan kekasihnya? Mungkin aku bisa menggoda mereka saat sedang kencan dirumah. Atau mungkin...sudah ada lelaki yang melamarnya? Dia sudah memiliki keluarga sendiri?

Entahlah...imajinasi semacam ini sering berkeliaran di dalam otakku. Mungkin akan sangat menyenangkan jika sosoknya masih ada disini.

Tapi...haruskah aku menyesali takdir? Bukankah semua yang ada di dunia ini sudah memiliki batasannya masing-masing?

Kenangan terakhir yang dapat kuingat ialah bagaimana dulu ia pergi. Hal satu itu benar-benar tersimpan rapi disudut kepalaku dan bagian terdalam hatiku. Sakit rasanya jika mengingat hal itu. Tapi itulah kenangan yang membeku selama ini. Tetap tersimpan bersama luka, sekalipun sudah berjuta detik waktu terlewati selama ini.

Aku sungguh merindukan sosoknya. Sosok kakak yang tak bisa aku dapatkan sama sepertinya. Yang baru mungkin akan ada. Tapi yang sepertinya tak akan pernah ada. Dia satu yang diberikan Tuhan. Dia yang disayangi oleh Tuhan. Dia yang kini telah bahagia di kehidupannya yang baru.

Aku merindukanmu, kakak. Amelia Gita Ariyanti...

Ps: aku bahkan tak yakin telah menuliskan namanya dengan benar...

0 comments:

Post a Comment