Aku tidak menyangka, ternyata
sudah 11 tahun terlewati. Setiap detak yang berlalu, semakin menyamarkan
wajahnya dari ingatanku. Kenangan bersamanya yang tak banyak, tiap hari kian
menghilang. Membuat aku tersadar, ternyata telah sangat lama ia tak berada di
sisiku.
Tuhan adil, memang. Ia akan
mendatangkan orang-orang baru di kehidupan kita, menggantikan mereka yang telah
pergi. Meskipun begitu, tetap saja, eksistensinya masih sering aku harapkan
ada.
Aku sering meringis perih. Potret
dirinya tak banyak tersimpan. Paling, hanya foto-foto saat ia masih kecil dulu.
Atau yang cukup 'segar', fotonya yang tertempel di ijazah kelulusan. Dia tak
begitu suka mengabadikan dirinya dalam selembar foto. Dia lebih sering
menghindar untuk hal itu. Sekalipun ada gambarnya yang diambil secara
diam-diam, ia mengoyak bahkan membuangnya. Seolah ia tahu, hidupnya tak akan
lama. Dan ia tak ingin orang-orang terdekatnya menyimpan kenangan akan dirinya.
Hah...aku sering berpikir,
bagaimana ia seandainya masih ada disini? Bagaimana kira-kira rupanya kini?
Lalu dengan kekasihnya? Mungkin aku bisa menggoda mereka saat sedang kencan
dirumah. Atau mungkin...sudah ada lelaki yang melamarnya? Dia sudah memiliki
keluarga sendiri?
Entahlah...imajinasi semacam ini
sering berkeliaran di dalam otakku. Mungkin akan sangat menyenangkan jika
sosoknya masih ada disini.
Tapi...haruskah aku menyesali
takdir? Bukankah semua yang ada di dunia ini sudah memiliki batasannya
masing-masing?
Kenangan terakhir yang dapat
kuingat ialah bagaimana dulu ia pergi. Hal satu itu benar-benar tersimpan rapi
disudut kepalaku dan bagian terdalam hatiku. Sakit rasanya jika mengingat hal
itu. Tapi itulah kenangan yang membeku selama ini. Tetap tersimpan bersama
luka, sekalipun sudah berjuta detik waktu terlewati selama ini.
Aku sungguh merindukan sosoknya.
Sosok kakak yang tak bisa aku dapatkan sama sepertinya. Yang baru mungkin akan
ada. Tapi yang sepertinya tak akan pernah ada. Dia satu yang diberikan Tuhan.
Dia yang disayangi oleh Tuhan. Dia yang kini telah bahagia di kehidupannya yang
baru.
Aku merindukanmu, kakak. Amelia Gita Ariyanti...
Ps: aku bahkan tak yakin telah
menuliskan namanya dengan benar...
0 comments:
Post a Comment