Monday, May 20, 2013

Marriage? Part 3



Kejadian 3:
Ini obrolan terjadi beberapa hari lalu. Tepatnya di tanggal 14 Mei 2013. Saat itu, aku sedang mengikuti seminar/kuliah umum/penutupan lomba kegiatan mahasiswa. Yah, semua itu sepaket. Saat di tengah acara, aku bercerita dengan salah seorang temanku. Kali ini sebut saja namanya, hmmm…FS.
FS sebenarnya sudah punya kekasih, seusia. Sudah hampir setahun berjalan. Tapi kemarin dia bercerita belum lama ini mengenal seorang laki-laki, sudah bekerja, mapan, berbeda usia 5 tahun dengannya. Mereka cukup dekat. Boleh dibilang, ada unsur campur tangan keluarga FS untuk mengenalkan keduanya. Ada kemungkinan lelaki yang baru dikenalnya ini memiliki ketertarikan dengan FS.
Tapi FS bingung. Dia sudah punya kekasih. Belum lagi laki-laki ini punya masa lalu yang kelam. Batal menikah, padahal sudah banyak persiapan untuk pernikahan itu yang dilakukan. Mantan kekasih lelaki itu yang memutuskan. Dan fakta itu kian membuat FS tidak nyaman. Bisa-bisa dia dianggap sosok perermpuan jahat. Karena sudah punya kekasih tapi masih membiarkan dirinya dekat dengan lelaki lain.
Well, saat FS bercerita, aku langsung berkata, “Udah, pilih yang udah mapan aja! Dari pada yang seusia, nunggunya kelamaan.”
Oke, aku mengakui saran (pernyataan) itu aku usulkan tanpa memikirkan benar-benar terlebih dahulu. Tapi ya, realistis saja. Rasa-rasanya lebih pas dengan yang sudah mapan begitu. Bisa mengayomi, menyeimbangi dan yang pasti, nggak perlu nunggu waktu terlalu lama. Paling lama yah hanya 1-2 tahun untuk menikah? Ya kan?

Dari keluarga FS sebenarnya membebaskan pilihan pada FS. Tapi sedari awal juga keluarga FS sudah berkata agar tidak terlalu dekat dengan kekasihnya saat ini. Bukan, bukan tidak suka. Tapi lebih ke pemikiran ke depan. Kita tidak akan tahu bagaimana yang akan terjadi ke depannya, kan? Jadi dari pada menyesal di akhir, lebih baik di wanti-wanti sedari awal.
Dan pembicaraan kami hari itu berakhir tanpa jawaban yang benar-benar pasti. Hanya menggantung di udara. Biar Tuhan yang lebih tahu bagaimana baiknya…

***


Itu dia pembicaraan absurd saya dengan teman saya yang berbeda-beda. Lucu, semuanya menyangkut soal pasangan dan menikah. Hihi…mana rentang waktunya tidak terlalu jauh-jauh lagi. Memang sih, saya juga biasanya juga sering membicarakan masalah pernikahan dengan teman-teman saya. Tapi ya, ketiga cerita itu terasa special bagi saya.
Belum lagi saya juga baru membeli novel yang masih menyinggung masalah, “melamar” dan “menikah”. Awalnya nggak terlalu memperhatikan. Tapi setelah akhirnya dipilih dan dibawa pulang, baru nyadar, “Kok soal pernikahan lagi ya?”
Saya ini seseorang yang pro nikah muda. Saya senang deh, dengan pasangan-pasangan yang memutuskan menikah di usia muda. Oke, lebih tepatnya perempuan yang menikah muda. Kalau yang laki-laki, selama dia sudah mampu untuk menghidupi istrinya meski masih muda juga bikin saya senang. Karena apa? Karena mereka mampu memberikan kepastian dan ketegasan. Bukan hanya menjalin hubungan pacaran yang menurut saya tidak ada ikatan yang benar-benar pasti.
Bukan saya anti juga dengan yang namanya pacaran. Saya hanya…lebih excited dengan yang namanya menikah. Kelihatannya…menyenangkan.
Ah sudahlah. Jangan bahas soal itu lagi. Mari kita bercerita tentang teman-teman saya saja.
Kenapa saya akhirnya menuliskan hal ini? Karena saya selalu cerewet menanyakan, “Ini teman aku gak ada yang mau nikah muda ya? Ayo dong nikah, trus undang aku. Aku mau hadir ke kondangannya teman aku.”
Tenang, saya pasti juga punya impian buat menikah kok. Entah kapan. Kan hanya Tuhan yang tahu. Lah sekarang aja saya lagi doyan stalk adek angkatan yang usianya 1 tahun lebih dibawah saya. Nggak masalah sih sebenarnya. Tapi sebelumnya saya udah cerita kan soal “lebih pas” kayaknya kalau dengan lelaki yang lebih mapan, dewasa. *lihat kejadian 3*
Yah, semua urusan hidup saya akan saya serahkan kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan yang tau mana yang terbaik untuk umatnya. Mungkin sekarang perasaan saya seperti ini, pemikiran saya begini. Tapi Tuhan maha membolak-balik hati manusia. :)

0 comments:

Post a Comment