Sunday, December 18, 2011

Janji Penyu

Belajarlah tentang hakikat menepati janji
dari seekor penyu
Sejauh apapun kehidupan membawanya,
Pasti ia akan kembali ke tanah tempat ia dilahirkan
Ke tanah tempat ia pertama kali
menyentuh air perjalanan kehidupannya

Janji penyu, janji sejati
Tak pernah terkikis meski lama di air asin
Janji penyu, janji tentang kesetiaan
Kesetiaan akan tanah leluhurnya
Kesetiaan akan cinta pertamanya
Janji penyu, penuh ketulusan

Dan aku akan menjelma penyu,
Untuk cinta yang tertimbun lara...


Bandung, 18 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Rahasia

Cintaku terhadapmu...
Sama seperti syair yang slalu ku tulis
Syair tentang cinta, tentang harapan
Namun tak pernah terjamah orang
Semua menjadi rahasia
Rahasia antara aku, Tuhan dan tulisanku sendiri
Semua tersimpan rapi
Dan tak pernah ku berikan pada yang lain
Tak masalah jika mereka menemukannya secara tak sengaja
Namun tidak akan ku beberkan sendiri
Karena ini rahasia,
Rahasia hati seorang pengagum rahasia


Bandung, 18 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Tetap Saja Aku Mencintaimu

Tetap saja, aku mencintaimu
Dengan setumpuk keangkuhanmu terhadapku
Berharap mendapatkan kemekaran
Malah layu kemudian mati yang menghampiri

Aku mendekatimu selangkah
Tapi kau berlari sepuluh langkah menjauhiku
Namun harapku tak pernah setinggi ini
Agar kau sedikit saja menyadari kehadiranku

Mencintaimu seperti berharap
agar duri dari mawar tak pernah ada
Karena tak mungkin mawar tanpa duri
Bila tanpa duri, itu pasti bukan mawar
Tapi bunga yang menyimpan makna berbeda

Sama seperti kamu
Kamu tanpa keangkuhanmu,
itu bukan kamu
Biarkan aku tersakiti,
Asalkan aku bisa di dekatmu
Karena tetap saja, aku mencintaimu...

Bandung, 18 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Saturday, December 17, 2011

Harap

Aku berlari menentang angin
Bermain asa meneguk harap
Melambungkan pinta agar Ia mendengarku
Aku disini yang sedang menderita
Menderita karena batin yang kian tertekan
Aku ibarat buluh yang terbang tertiup angin
Tak punya arah dan tempat berpegang
Tak memiliki kekuatan bahkan sekedar menghindar hantaman carang
Aku slalu berusaha mencari jalan
Tapi sepertinya jalan yang enggan melihatku

Saat tetesan air langit turun,
Aku kembali meminta kebaikan
Agar ia membantuku lepas dari jerat angin ini
Tapi ternyata, ia memberikan jalan lain
Ia membantuku lepas dari perangkap angin,
tapi kemudian ia menjatuhkanku
dan membiarkanku jatuh menghantam tanah
Sakit. Tapi tidak sesakit hatiku
Aku merasa alam sedang tak bersahabat denganku
Mereka dengan kompak menertawakan kejatuhanku
Jika sudah begini,
hanya Ia satu-satunya penyembuh luka
Ia yang tak pernah tidur dan tak pernah lelah mendengar pintaku

Bandung, 17 Desember 2011
Catatan menjelang akhir tahun

Sunday, December 4, 2011

Kelabu


Tak ada yang benar-benar hitam dan tak ada pula yang benar-benar putih di dunia ini. Yang ada hanya kelabu...

Akhir November 1988,

Sunyi. Itulah penilaian pertama dari ruangan yang berukuran tak seberapa besar ini. Suara keyboard komputer yang beradu dengan jari satu-satunya manusia di ruangan ini menjadi musik latar pengiring kesunyian. Entah apa yang sedang dilakukan oleh lelaki itu. Yang pasti dia terlalu sibuk dengan dunianya hingga rengekan kucing kesayangannya yang sudah dari 28 menit yang lalu meminta makan padanya, tidak dia hiraukan.

"Haha...berhasil!!" pekik lelaki itu tiba-tiba hingga kucing yang sedari tadi bergelayut manja di kakinya, langsung berlari dan bersembunyi di balik lemari.

Lelaki itu seolah belum menyadari dengan apa yang baru saja dilakukannya. Dia terus tersenyum dan menatap bangga pada layar komputernya.

Kucingnya yang berada di balik lemari kembali mengeong. Kali ini lelaki itu baru menyadari keberadaan kucingnya karena suara kucingnya terdengar ketakutan.

"Aahh...kemarilah sayang" lelaki itu menggendong kucingnya. Menimangnya seperti anak manusia.

"Maafkan aku yang telah membuatmu ketakutan. Aku tadi terlalu senang hingga lupa akan dirimu. Kau lapar bukan??"

"Ayo, kali ini kita akan makan mewah" ucap lelaki itu pada kucingnya.

"Aku akhirnya berhasil menanamkan worm pada OS UNIX mereka" kucing lelaki itu mengeong, seolah mengerti terhadap apa yang diucapkan oleh lelaki itu.

"Haha...kau mau mendengar cerita lengkapnya ya?! Sambil makan, akan kuceritakan"

Lelaki itu biasa dipanggil Robert. Lengkapnya Robert Mitnick. Seorang maniak dalam mengotak-atik komputernya. Sudah berulang kali dia melakukan pembobolan bahkan kekacauan pada jaringan-jaringan komputer. Awalnya hanya berupa keisengan. Tapi lama-lama justru menjadi sebuah kebutuhan. Ada rasa bahagia tersendiri dalam dirinya tiap kali berhasil melakukan aksinya.

Karena kebiasaannya itu, dia pun mendapat julukan sebagai black-hat hacker atau hacker topi hitam. Tokoh yang kerap melupakan batasan moral dan etika dalam melakukan inovasi teknologi. Sudah banyak yang memburunya. Tapi satu-satunya data yang berhasil ditemukan darinya ialah Morris, nama yang ia gunakan sebagai seorang hacker.

Kali ini ia menanamkan worm atau 'cacing' pada sistem operasi UNIX sebuah universitas IT yang cukup terkenal di Amerika. Worm tidak perlu sengaja dituangkan pada disket ataupun flashdisk untuk menyebarkan diri. Worm komputer bisa menyebarkan dirinya sendiri selama ada jalan yang bisa menghubungkan dirinya ke komputer lain seperti jaringan internet atau jaringan komputer lokal.

Worm ini dapat menjalankan perintah-perintah lain pada mesin yang ditujunya. Untuk bisa menyusup ke sistem komputer lain, worm di program untuk dapat menemukan daftar pemakai dari sebuah jaringan komputer dan kemudian mulai mencari passwordnya. Dengan memanfaatkan kemalasan pemakai komputer, si worm mencari komputer yang password-nya sama dengan username-nya. Jika cara ini gagal untuk menembus sistem komputer, worm diperintahkan untuk mencoba username lain dengan menggunakan daftar 432 password yang bisa dipakai oleh para hacker.

Ini hanya proyek main-main bagi Robert. Karena ada kesenangan tersendiri saat mengetahui orang-orang panik mendapati kerja komputernya kian berat.

"Biarkan saja administrator jaringan komputer bekerja lebih keras malam ini. Kita bersantai..."

Keisengan yang merajai. Memang tak selamanya merusak. Namun pasti merugikan...

***

Sunday, July 31, 2011

Sebentuk Hati

Malam Ramadhan pertama. Aku begitu bersyukur bisa bertemu lagi dengan bulan yang mulia ini. Tapi entah mengapa, aku justru merasa enggan untuk melangkahkan kakiku ke masjid untuk menjalankan ibadah shalat tarawih berjamaah. Ada sedikit rasa berat didalam hatiku. Aku tahu, ini dikarenakan hanya dalam hitungan jam aku akan pulang ke kampung halamanku yang sudah lima bulan ini aku tinggalkan.

Bahagia? Pasti. Rasa rindu yang telah tertumpuk didalam hatiku terhadap orangtuaku, adik kecilku, rumahku, teman bermainku...semua. Semua yang ada disana sungguh aku rindukan. Banyakkah yang berubah dari sana? Entahlah. Aku tidak dapat memastikannya hingga aku tiba disana. Lima bulan, waktu yang tidak sebentar. Segalanya bisa terjadi. Karena waktu, sesingkat apapun dia, bahkan walau hanya sedetik, dapat mengubah segala hal yang ada di dunia ini.

Aku menatap sendu jalanan kota dari dalam angkutan massal ini. Ya, akhirnya aku putuskan untuk keluar mencari beberapa hal yang bisa aku jadikan oleh-oleh. Hei, jangan kau berpikir aku tidak menjalankan ibadah tapi justru malah keluyuran. Aku tetap menjalankan ibadah shalat tarawihku. Tapi, ya...bukan di masjid secara berjamaah, melainkan di kosanku.

Saturday, July 30, 2011

Filosofi Orion

Hei kamu, apa kabar kau disana? Sudah satu minggu satu hari aku tidak melihatmu kembali. Sudahkah tugas akhirmu terselesaikan? Aku harap kamu dapat menyelesaikannya dengan baik dan sidangmu dapat berjalan dengan lancar.

Hei, coba lihat ke langit malam, dapatkah kau melihat jutaan bintang yang berpendar menerangi bumi? Pasti kau dapat melihatnya, jika pandanganmu tidak tercemari oleh cahaya-cahaya buatan dari bumi. Cobalah kau lihat pada langit bagian barat sana. Kau akan menemukan rasi bintang Orion yang dapat dikenali dengan tiga bintang kembar berjajar. Rasi bintang yang bersimbolkan si pemburu berpedang dan bersabuk. Pada sejarah Yunani kuno, Orion merupakan tokoh yang pemberani. 

Pada salah satu kisah diceritakan, meski ia mengalami kebutaan karena ulah Oenopion, Orion tetap bisa menjadi pemburu nan gagah di Kreta pada saat perjalanannya ke timur agar bisa melihat kembali. Kau tau, aku ingin menjadi seperti Orion di kisah ini. Mengapa? Meski tak dapat melihat, Orion tetap tangguh agar bisa kembali melihat dan tetap mempertahankan jiwa sejatinya. Jiwa seorang pemburu. Aku ingin dalam mencintaimu, aku bisa mendapatkan kekuatan seperti Orion. Kekuatan agar aku bisa bertahan dari segala hal yang selalu membuat hati aku lemah dan menangis.

Dan di kisah lain menceritakan, Orion yang menjalin cinta dengan Aurora -yang sudah mempunyai suami Aeolus- sempat mengatakan akan memusnahkan semua binatang buas yang ada di bumi dan mempersembahkannya kepada Aurora. Tapi Apollo yang mendengar hal tersebut segera mengirim seekor kalajengking raksasa untuk mebunuh Orion. Tapi pada akhirnya, Orion justru mati ditangan Diana karena terkena anak panah Diana yang salah sasaran.  Diana yang berduka segera menempatkan Orion di angkasa sebagai rasi bintang Orion. Dan si kalajengking juga diletakkan oleh Apollo di angkasa. Saat ini, kita mengenal sang kalajengking dengan sebutan Scorpius.

Tahukah kau satu rahasia bahwa pada saat rasi bintang Orion terlihat terang di langit pada bulan Januari hingga Februari justru rasi bintang Scorpius terlihat meredup dan begitu pula sebaliknya? Itulah yang dapat aku ibaratkan antara kita saat ini. Saat kau berada di tempatmu dan di masamu (atau aku bisa bilang saat kau bersama teman-temanmu), kau akan terlihat begitu jelas. Kau begitu indah. Kau dapat menjadi dirimu yang sebenarnya. Namun disaat yang bersamaan, aku terasa meredup karena kau tak pernah tahu bahwa ada satu orang yang selalu memperhatikanmu dan mendoakanmu di sudut tergelap dirinya. Itulah aku.


Ujung Pelangi
30 Juli 2011

Heartbreak

Hei, ke kost aku sekarang nek. Aku mau pulang, buru2 nih.

Itulah  sebait pesan singkat yang aku terima dari teman sekelasku. Hari ini dia akan pulang ke tempat asalnya yang masih di salah satu kota di Jawa Barat. Sedikit kesal juga. Seharusnya kan dia yang pamitan dan datang ke kosku. Ini mengapa aku yang disuruhnya datang ke tempat kos dia? Tapi tidak apa-apalah. Aku sudah lama juga tidak datang ke kosan dia dan aku juga ingin bertemu dengan ibunya. Setahuku orangtuanya akan menjemput dia hari ini. Hah...masih sebulan lagi kami baru bisa bertemu.

Aku segera mengambil jaket dan jilbab yang tergantung di dinding kamarku. Setelah memastikan listrik yang menyala telah aku matikan, aku segera melangkah keluar dan mengunci pintu kamarku.

Disaat akan menuruni tangga, aku melihat ada dua buah koper dan dua buah kardus di salah satu sudut balkon. Ah...ini pasti barang-barang salah satu teman kosku yang nanti sore juga akan pulang ke kampung halamannya bersama kedua orangtua dan adiknya. Memang, dua hari lalu keluarganya sudah tiba disini untuk menjemputnya.

Tiba-tiba perasaan sedih dan sesak menggelayuti hatiku. Ada apa ini? Aku yakin bukan karena dua orang temanku akan pulang hari ini, sedangkan aku masih harus menetap disini. Toh, 3-4 hari lagi aku juga akan pulang. Lalu...

Bayang-bayang wajah orang yang aku cintai tiba-tiba berputar ibarat film bioskop didepan mataku. Dia ternyata. Dia yang selama beberapa bulan ini tak henti-hentinya aku pikirkan. Dia yang selama ini berhasil membuat aku senyum-senyum sendiri hingga aku nyaris dikatakan sebagai orang gila oleh teman-temanku. Sambil menuruni tangga, pikiranku melanglang buana menuju hari-hari kedepan.

Tiga hingga empat hari lagi, aku akan pulang dan aku tidak pasti dapat bertemu dengannya lagi. Kecuali jika aku ada urusan untuk pergi ke kampus menjelang kepulanganku. Aku sendiri tidak dapat memastikan apakah aku akan ada kegiatan untuk pergi ke kampus. Di pertengahan bulan depan, dia juga akan pulang ke kampung halamannya dan itu setelah dia menjalani sidang akhirnya. Selama sebulan aku libur, sudah dipastikan tak dapat bertemu dengannya.

Pada saat selesai liburan, sudah pasti dia tidak akan datang lagi ke kota kembang ini. Dia tidak akan mengikuti matakuliah apa-apa lagi, kan?! Sidang juga sudah ia jalani. Tapi jika ia baru akan sidang di bulan September nanti, akan jadi lain soal. Saat ini yang ada dipikiranku hanya kemungkinan terburuk.

Jika memang seperti itu jadinya, berarti...aku baru akan bisa bertemu dengannya lagi nanti saat ia akan menjalani wisudanya. Itu masih sekitar dua hingga dua setengah bulan lagi. Setelah wisudanya berakhir?? Aku benar-benar merasa gila memikirkan ini. Hanya memikirkannya saja sudah membuatku seperti ini. Apalagi jika benar seperti itu kejadiannya. Ya Tuhan...sanggupkah aku bila selama itu tidak melihatnya? Sanggupkah aku menjalani hari setelah acara wisudanya itu?

Tuhan...bantu aku. Bantu aku untuk bertemu dengannya menjelang kepulanganku. Aku ingin melihatnya dan aku harap ia juga bisa melihatku dan memberikan senyuman serta sapaannya padaku. Jika tidak, aku mungkin akan sangat menyesali. Menyesali pertemuan terakhirku dengannya seminggu yang lalu, aku tidak mendapatkan sapaannya bahkan sekalipun hanya sebuah kesadarannya akan hadirku.


Ujung Pelangi
29 Juli 2011

Wednesday, July 27, 2011

Kamu by Coboy jr (lirik)

Kamu buat aku tersipu
Buatku malu-malu
Saat bersamamu
Saat ku sapa dirimu

Aku kok merinding buluku
Kok jadi gugup aku
Saat bersamamu
Saat kau senyum padaku

*Mungkin inilah rasanya
Rasa suka pada dirinya
Sejak pertama aku bertanya
Facebookmu apa nomormu berapa

**Mungkin inilah rasanya
Cinta pada pandang pertama
Senyuman manismu itu
Buat aku dagdigdug melulu

Nanti aku follow twittermu
Kan ku tunggu retweetmu
Agar aku tau
Sukakah kamu kepadaku

*
**

Yey cuma kamu cuma kamu
Yang bisa membuatku tidur tak tentu
Memikirkanmu pujaan hati
Oh kamu cantik sekali

Oh Tuhan aku hanya ingin dia tau
Kamu lucu kamu sangat lucu


Coboy jr itu semacam boyband cilik gitu. Terdiri dari 4 orang anak laki-laki yang ya...dibilang masih kecil gak, remaja juga gak. Mereka ialah Bastian, Iqbal, Kiki, dan Aldi. Aku pertama kali mendengar lagu ini saat Coboy jr nyanyi di dahsyat beberapa hari lalu. Langsung suka ama lagunya karena liriknya yang unik dan sesuai dengan aku. Kalau mau dengar, bisa mampir kesini.

Sunday, July 24, 2011

Tulisan Cerewet 3

Pernahkah kau sadari bahwa dirimu telah mempengaruhi orang lain?? Jika kau belum menyadarinya, sini ku beri tahu. Kau sudah mempengaruhi hidup seorang anak manusia. Kau mungkin tidak mengetahuinya, karena ia yang hanya mampu melihatmu dari kejauhan. Tak perlu kau hadir di depan dirinya. Mendengar namamu saja, sudah cukup membuat ia berpuluh kali lipat berjuang agar bisa menyangga berat tubuhnya. Kakinya tiba-tiba seolah dilolosi tulang. Dapat terlihat kuat di depan teman-temannya saja, sudah cukup agar ia bisa mendapatkan standing ovation dari semua makhluk yang melihatnya. Melihat namamu tertulis saja, sudah cukup membuat ia selalu merapalkan doa untukmu. Doa yang tulus dari palung hatinya. Doa agar segala rahmat Tuhan selalu menyertaimu. 

Pernahkah kau menyadari ada yang berbeda darinya saat ia berada di dekatmu?? Ah...aku yakin kau tidak menyadarinya. Kau pasti hanya menganggapnya orang biasa yang secara kebetulan bisa kau ketahui namanya. Tapi baginya, semua tidak sesederhana itu. Mengenalmu, itu merupakan anugerah tersendiri bagi dirinya. Walaupun pada akhirnya, berhadapan denganmu hampir membuat ia kehilangan akal sehatnya. Ia yang biasanya ialah manusia yang selalu kelebihan kosakata, bisa kehilangan hampir separuh kosakata yang ada jika kau berada di dekatnya. Sekalipun, dia bukan berbicara denganmu. Pernah juga kah kau mendengar ada yang berbeda dari suaranya saat berbicara di dekatmu? Jika kau belum juga mengetahuinya, aku harap kau segera sedikit saja memperhatikannya. Sedikit saja dulu, tak perlu begitu kau perhatikan secara lebih. Karena secara kasat pendengaran saja, suaranya sudah dapat dipastikan bergetar. Dan itu terjadi hanya pada saat kau berada di dekatnya. Wow! Apa yang telah kau lakukan padanya hingga dia bisa seperti itu?? Haha...

Kau pernah meminta doa darinya agar tugasmu bisa terselesaikan. Tahukah kau pada saat itu dia merasa sedang berada di negerinya para dewa-dewi?! Sedikit berlebihan memang mengingat permintaan itu hanya permintaan 'biasa'. Tapi terasa lebih dari sekedar luar biasa bagi dirinya yang mendapatkan kalimat itu darimu. Dan...apa jawabannya pada saat itu?? 'Pasti!' ya, ia pasti mendoakanmu. Itu bukan sekedar kalimat penghibur atau pun penyemangat. Itu pasti dilakukannya di setiap sujudnya kepada Tuhan, dan di setiap ia mengingat dirimu. Mendoakan bukan hanya sekedar terselesaikan tugas-tugasmu itu. Tapi juga kesuksesan untuk dirimu. Sungguh aku salut pada dirimu yang bisa 'berbuat' sejauh itu. Dan aku juga tak kalah salut dengan dirinya, yang begitu tulus untuk dirimu.

Sudah kah kau mengerti? Kau sangat mempengaruhinya. Begitu mempengaruhi seluruh hidup dan jiwanya.


Ujung Pelangi
23 Juli 2011

Saturday, July 23, 2011

Ibarat Angin

Mencintaimu ibarat memeluk angin
Hal yang sebenarnya sia-sia
Karena pasti tak akan berarti apa-apa
Angin akan berlarian melepaskan diri
Melewati sela-sela jari,
Menembus pori-pori kulit

Tapi aku tak peduli
Tak masalah dengan segala cemooh
yang hadir karena kekonyolanku
dan segala kebodohanku
Karena di dalam hatiku
Aku telah menancapkan keyakinan,
Aku bisa membuat sebuah keajaiban
Keyakinan bahwa aku bisa mendapatkanmu
Sekalipun kau akan pergi
Karena sesungguhnya jarak,
tak akan mampu menghilangkan
cinta yang terlanjur tumbuh subur
di palung hatiku...


Ujung Pelangi
22 Juli 2011

Thursday, July 21, 2011

Secuil Kisah Tentangnya

Aku tak pernah tau, mencintai seseorang itu bisa membuatku segila ini. Setiap saat, aku berharap dapat melihat wajahnya, mendengarnya berbicara, dan mengetahui apa saja yang dilakukannya. Kalaupun aku tak dapat melihatnya dengan jarak sehembusan napas, melihatnya dari jauh sudah memberikan angin segar tersendiri bagiku.

Tahukah kau, kawan? Bahkan melihatnya dari jauh seperti yang aku lakukan saat ini, sudah cukup membuat kakiku lemas, dan terkadang panas dingin. Jangankan itu, melihatnya hadir menghiasi timeline jejaring sosialku seperti ada jutaan kembang api yang meledak di dalam dadaku. Oh Tuhan...pernahkah kalian merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan saat ini? Jika pernah, tolong ceritakan, bagaimana caranya agar aku dapat mengendalikan diriku. Jika pernah, tolong ajari aku agar perasaan ini tidak membuatku lupa akan satu hal yang patut aku kagumi di dunia ini sebagai manusia. Karena bagiku, perasaan ini baru pertama kali.

Hei...tapi mengapa aku tiba-tiba merasakan sedih? Sedih seakan mau kehilangan? Hah...mungkinkah karena ia yang akan menyelesaikan kuliahnya dalam waktu dua hingga tiga bulan ini? Itu waktu yang tidak lama bagi orang-orang sepertiku. Orang yang diam-diam mengagumi orang lain yang baru dikenalnya bahkan dalam waktu hitungan jari. Terkadang ada rasa sedih dan sesal jika mengingat sebegitu singkatnya pertemuan kami. Sebegitu terlambatnya aku mengetahui dirinya. Tapi...masih pantaskah aku untuk merasakan sesal?

Tiba-tiba saja pemikiran lain menghampiriku. Jangan-jangan rasa sedih ini karena aku ingin menangisi diriku sendiri? Aku yang hanya bisa mengagumi, memperhatikan, dan mencintai seseorang dari jauh. Atau kau biasa menyebutnya sebagai pencinta diam-diam. Iya. Aku seorang pencinta diam-diam yang tak pernah bisa berbuat lebih terhadap orang yang dicintainya. Aku yang tak pernah bisa mengakui kepada orang yang aku cintai bahwa aku mencintainya.

Aahh...tiba-tiba saja aku merasakan dadaku sesak, seperti dihimpit jutaan batu meteor yang ada di luar angkasa sana. Benarkah karena perasaan yang aku pendam dari dirinya ini? Aku tiba-tiba merasa menjadi orang yang paling malang di dunia, orang yang patut mendapatkan belas kasihan dari orang-orang di sekitarku. Aish...gara-gara perasaan yang menyusahkan ini, aku sering menjadi manusia yang berlebihan.

Ya Tuhan....seandainya aku tak ingat bahwa saat ini aku sedang berada di keramaian, aku pasti akan segera menangis. Menangisi diriku ini yang malang ini. Perlu perjuangan keras agar aku bisa mengokohkan bendunganku agar jangan sampai ada yang melihat aku menangis. Apalagi 'dia' yang saat ini berada tak sampai sepelemparan batu dariku. Iya. Dia orang yang aku cintai. Yang pada saat awal aku menulis ini dia berada pada jarak yang cukup jauh dariku. Tapi kini, telah berpindah amat dekat dariku.


Ujung Pelangi
21 Juli 2011

Wednesday, July 20, 2011

Tuhan, Bantu Aku Mengendalikan Diri

Aku hanya bisa menghela napas berat. Lagi-lagi aku gagal mengendalikan emosi yang bergejolak dalam diriku. Saat merasa kesal dengan seseorang, emosiku bisa jadi meluap-luap, dan segala sumpah serapah bisa aku ucapkan. Kau tahu? Mampu mengendalikan emosi, sudah sedari aku duduk di  bangku sekolah menengah pertama menjadi list teratas untuk aku wujudkan. Tapi hingga kini, saat aku tak perlu lagi menggunakan seragam rapi, lengkap dengan dasi dan sabuk, aku belum mampu juga mengendalikan emosiku.

Hah...yang s'lalu aku sesalkan ialah kata-kata kasar yang aku ucapkan jika emosiku telah terpancing. Berbagai macam julukan nan kreatif mampu aku ciptakan tanpa perlu aku pikirkan. Hebat bukan? Aku seakan lupa diri dan tak memikirkan baik buruk dari ucapanku.

Mengapa? Mengapa emosiku begitu mudah tersulut? Mungkin memang aku bukan bertindak dengan kekerasan. Tapi, kata-kata juga bisa lebih mematikan dari pada pisau yang telah di asah, bukan? Tuhan...bantu, bantu aku mengendalikan diri. Tetaplah berada di sisiku saat hal-hal yang akan melemahkanku berdatangan. Kuatkan aku. Bantu aku untuk mengubah sifatku yang mungkin suatu saat, dapat melukai orang terdekatku.

Ujung Pelangi
20 Juli 2011

Ku Gantungkan Namanya Pada-Mu

Ada apa denganku?
Bisa-bisanya aku tak henti memikirkan lelaki itu.
Memangnya siapa dia?
Padahal aku mengenal dia secara tak sengaja, karena sebuah acara yang diadakan oleh kampusku dan yang kebetulan, setelah kegiatan itu, kami diberi kesempatan untuk bertemu kembali, sekali lagi. Hanya karena dua kali pertemuan itu, hingga sekarang dia tak henti berkeliaran di dalam batok kepalaku ini.

Aku akui, sebelumnya aku tak pernah merasakan perasaan sedemikian gila ini pada lelaki manapun. Aku menikmatinya. Perasaan deg-degan, tak karuan, bingung, semuanya! Tapi pada saat yang bersamaan pula, aku mengutuki perasaan ini.

Bagaimana tidak?

Dia terkadang membuatku lupa untuk memuji Tuhanku sendiri karena aku yang tak henti-hentinya memuji dirinya. Padahal, tak ada satu pun yang patut di puji oleh manusia, terutama seorang muslim selain Tuhannya, Allah swt, dan baginda Nabi besar Muhammad saw., bukan? Tapi mengapa selalu dia? Senyumnya, kebaikannya, keramahannya...ah, lihatlah...bahkan aku masih saja memujinya di saat aku seharusnya mengoreksi diri.

Aku juga selalu mencemaskan dirinya. Apakah dia sudah begini, sudahkah ia melakukan itu. Padahal seharusnya, aku lebih mencemaskan diriku sendiri yang sering melupakan keperluan diriku sendiri. Dia terlalu sering membuatku lupa daratan!

Ya Allah, mengapa sulit sekali mengendalikan hati ini?
Terkadang aku serasa ingin menangis jika mengingat harus berpisah dengannya. Padahal, hey...jauh lebih baik aku menangisi dosa-dosa yang selama ini aku perbuat dan berusaha mengubah diri menjadi yang lebih baik lagi. Bukan menangisi hal 'sepele' seperti ini.

Ya Allah, sungguh aku tahu, segala hal, perasaan yang aku rasakan saat ini semua karena kehendak-Mu. Tapi sungguh, bagaimanapun perasaan ini mengacaukanku, tolong lindungi aku. Jangan buat aku lupa akan diri-Mu karena terlalu sibuk memikirkannya. Biarkan perasaan ini menjadi perasaan yang suci, perasaan yang begitu Engkau ridhoi. Ku gantungkan namanya pada-Mu, agar kelak semoga ia menjadi orang yang halal bagiku. Dan...sebait doa untuk dirinya aku lafaz kan dalam setiap sujudku.

Ujung Pelangi
20 Juli 2011

Thursday, July 7, 2011

Ketika si 'Indolent' Menguasai

Akhirnya aku nulis lagi disini. Setelah beberapa hari (atau minggu) tidak ada yang aku perbarui. Bukan tak mau memperbarui. Tapi si indolent sedang menguasai diriku belakangan ini, selain karena tugas besar yang menggila dan membuat aku harus sering begadang. Sekarang ini jam di laptop ku menunjukkan pukul dua lewat tujuh belas menit dini hari, semangat untuk mem-posting tulisan baru disini mendadak muncul. Semua gara-gara aku habis melihat tumblr dari seniorku yang sepertinya juga sedang diserang virus indolent sehingga tulisannya baru ia perbarui setelah sekian lama.

Aku sebenarnya ingin memperbarui tulisanku dengan cerita yang aku buat. Tapii...cerita itu belum selesai aku ketik. Jika kau bertanya tentang ide, ide itu masih ada dan Insya Allah taste-nya masih aku rasakan. Masalahnya itu ialah karena si indolent. Virus yang membuat aku tidak semangat untuk membuka hasil ketikan aku yang sudah berjalan setengahnya. Padahal, semangat aku untuk menyelesaikan cerita-cerita itu sangat menggebu-gebu. Tapi, aku masih kalah dengan diriku sendiri. Sesuatu yang amat aku sesali.

Ada dua cerita saat ini yang menuntut untuk diselesaikan olehku. Yah...lagi-lagi di karenakan oleh si virus indolent itu, setiap harinya aku hanya mampu menambahkan beberapa kalimat di dalamnya. Saat aku sangat ingin menulis, mengetikkan kisah yang ingin aku bagikan, berbagi cerita agar dapat dibaca orang, justru si indolent menjadi sang juara di diriku. Tapi jika aku sedang tak ingin menulis, si indolent satu itu pergi sejauh-jauhnya dariku. Heyy...dia sering berada disaat yang tidak tepat. Dan aku membencinya.

Kali ini aku hanya berharap dapat meneyelesaikan tulisan-tulisan aku itu. Sungguh, keinginan itu sangat besar dalam diriku. Semoga Tuhan mau menolongku untuk menyelesaikannya.

 regards,
-admin-

Monday, June 13, 2011

Mahasiswa oh Mahasiswa

“Apalagi yang ingin kau lakukan kini?” tanya seorang perempuan kepada teman laki-lakinya.
“Hanya berorasi, melakukan aksi. Haha..biasa, mahasiswa.” Jawab lelaki itu. Sang perempuan mengangkat satu alisnya. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran temannya yang satu ini. Seseorang yang sudah ia kenal sejak masih menggunakan seragam putih-biru. Dan kini, saat mereka sudah menginjak jenjang tertinggi pendidikan di negeri ini, perempuan itu seolah tidak mengenal pribadi lelaki yang ada di sebelahnya ini. Rhena nama perempuan itu. Dan teman lelakinya bernama Hendra.
Bagaimana mungkin Rhena seolah tidak mengenal pribadi lelaki satu ini, jika:
-    -   Dulu, Hendra paling malas jika disuruh bergabung pada sebuah organisasi. Sekarang, bergabung pada organisasi-organisasi kampus adalah sebuah kewajiban baginya.
-    -     Dulu, Hendra paling tidak suka jadi orang (sok) sibuk. Malahan, ia sering merasa kesal dengan orang yang berpura-pura sibuk itu –menurutnya-. Kini, jika ia tidak melakukan sebuah kesibukan, ia akan tampak seperti orang yang sedang sakau. Kesibukan adalah kebutuhan.
-    -    Dulu, Hendra termasuk pada jajaran anak-anak bandel dan pengisi ‘buku dosa’ terbanyak di sekolah. Tapi kini, inilah komentar-komentar orang mengenai Hendra:
“wah…Hendra itu berwibawa banget ya..”
“aura pemimpinnya itu lho…bikin melting…”
“salut deh ama si Hendra. Tidak salah jika ia menjadi seorang PresMa…”

Tuesday, June 7, 2011

Patah Hati

Setetes demi setetes air mata alam mulai turun membasahi bumi. Gerimis. Aku harap hujan akan datang. Sungguh suasana seperti ini yang aku harapkan. Aku melirik jam bulat bergambar doraemon yang tergantung pada dinding kamarku. Ah...cepatlah. Aku sangat membutuhkannya.

Tetes-tetes air diluar sana mulai membesar dan akhirnya benar-benar menghujani bumi. Aku mulai melangkah keluar dari kamarku dan menuju ke halaman rumahku. Saat melewati ruang keluarga, aku tidak menemukan siapa-siapa. Sepi. Memang beginilah selalu. Orangtuaku baru pulang bekerja pukul lima sore nanti. Sedangkan kakakku satu-satunya, dia sedang melanjutkan study-nya di luar kota. Jadilah aku lebih sering tinggal sendiri dirumah. Tapi percayalah, aku bukan type anak yang kekurangan kasih sayang orangtua.

Klek!

Aku membuka pintu depan rumahku. Dengan mantap aku melangkahkan kakiku keluar rumah. Saat aku berada tepat di halaman rumahku, aku berhenti. Aku memejamkan kedua mataku dan merentangkan tanganku. Aku mencoba menikamati sensasi sejuk yang diberikan olah alam ini. Perlahan-lahan, bersama jutaan tetes air hujan yang mulai membasahi tubuhku, menetes pula air dari kedua mataku yang terpejam. Ya, aku menangis bersama alam. Karena saat ini, untuk pertama kalinya aku merasakan apa yang mereka sebut...patah hati.

Untuk beberapa saat aku bertahan pada posisi seperti ini. Menikmati tetes-tetes air yang menerpa wajahku dan menyamarkan air mataku. Beginilah s'lalu. Setiap kali aku ingin menangis, aku s'lalu menanti datangnya hujan. Karena aku tak tak ingin ada seorang pun yang melihat air mataku. Biarlah orang menganggapku kekanakan, yang masih suka bermain hujan. Tak masalah. Walaupun aku sering tinggal sendiri, tapi aku tetap tidak pernah menangis sendiri di kamarku. Tak ada yang boleh melihat air mataku. Meskipun hanya dinding kamar yang tak pernah tergerak masa.

Aku mulai 'menari' bersama hujan dengan air mata yang tetap mengalir deras dari mataku. Bayang-bayang kejadian tadi siang di sekolah kembali menghampiri. Sewaktu 'ia' datang dengan senyum terkembang di wajahnya setelah hampir setengah jam aku menantinya di kantin. Pada saat ia berada tepat di hadapanku, ia langsung memelukku erat dan membisikkan kepadaku betapa bahagianya ia. Aku hanya tersenyum bingung dalam pelukannya.

"Aku bahagia! Sangatt bahagia! Akhirnya, aku bisa menjadikan Arin sebagai kekasihku! "

Kekasihku! Kekasihku!

Kata itu terus terulang dan menggema di kepalaku. Aku tidak kuat, sungguh tidak kuat menahan siksaan batin ini! Tuhan...mengapa terasa begitu sulit? Selalu seperti inikah orang-orang yang sedang patah hati? Sulit bernapas, rasa sesak tak tertahankan, dan...menyakitkan? Tuhan..bisakah aku bertahan?
Aku jatuh terduduk. Aku ingin menangis sepuasnya. Menangis sepuasnya bersama alam yang sepertinya turut merasakan kehancuran hatiku, Ku harap kepedihan ini dapat tersapukan bersama setiap aliran air yang jatuh dari tubuhku. Walaupun...itu sangat tidak mungkin...

Ujung Pelangi
7 Juni 2011

Monday, June 6, 2011

Pertarungan Aku dan Hati


Aku: Ya Allah...apaan ini! Aku sudah segila ini mengerjakannya, yang selesai baru satu? Baru satu dari tujuh tugas?

Hati: Ya dikerjain lah...

Aku: GAK BISA!! Apaan nih?! Aku tidak mengerti dengan tugasnya! Susah!

Hati: Susah bukan berarti tidak bisa, bukan??

Aku: Ya tetap saja! Tugas-tugas ini sudah mengacaukan sistem kerja otakku, menguras habis tenagaku!

Hati: ...

Aku: Huuaaa...aku ingin menangis melihat tumpukan tugas-tugas ini...

Tuesday, May 31, 2011

Kau Tak Pernah Mati

Untuk kau yang telah lama pergi,
Aku tak pernah menyangka, hidup yang aku jalani akan seperti ini. Dulu, aku merasa ‘sempurna’ hidup dengan kedua orang tua yang menyayangiku sepenuh hati, dua orang adik laki-laki yang tak pernah lelah melindungiku, dan…seorang kakak perempuan yang begitu baik kepadaku. Memang, tak selamanya aku dan ketiga saudaraku akur. Tapi percayalah, pertengkaran-pertengkaran kecil yang kami alami itu, justru membuat rasa sayang semakin kuat tercipta.
Tapi semua berubah. Kehidupanku seolah dijungkir balikkan oleh takdir yang tak sekejap mata mampu aku terima. Ia pergi, kakak ku satu-satunya, seseorang yang pada suatu hari nantinya membuat aku iri pada teman-temanku yang masih memiliki seorang kakak, untuk selamanya. Tak pernah kembali. Pada saat itu, aku merasa, takdir seolah menertawakanku.

Sunday, May 29, 2011

Menjaga Hubungan = Menusuk Balon Tanpa Membuatnya Pecah

Baiklah, kali ini saya akan bercerita sedikit mengenai kehidupan saya, kehidupan saya dikampus, dan lebih tepatnya di dalam kelas saya.

Belakangan ini, ada banyak masalah yang muncul dikelas kami. Dan semuanya bermuara pada satu hal. Tugas. Menjelang penghujung semester ini, kami memang disibukkan oleh banyak tugas. Hampir setiap mata kuliah, ada tugas besar yang harus kami selesaikan. Belum lagi ditambah dengan macam-macam kuis. Terkadang, gara-gara hal ini, kami jadi egois dan lupa dengan lingkungan sekitar. Jika salah satu sudah begitu, aksi saling 'sindir' di dunia maya tidak bisa dielakkan. Dan saya mengakui, saya terkadang juga seperti itu.

Kebanyakan masalah disebabkan oleh pembagian kelompok untuk tugas besar. Ya, memang tidak setiap kelompok juga sih yang bermasalah. Hanya beberapa kelompok saja. Dan awal  dari segala protes itu ialah tugas kelompok PSI (Pengantar Sistem Informasi).

Wednesday, May 25, 2011

Late

Title: Late
Pairing: Alvin, Sivia, Riko
Warnings: nggak nyambung, lebay, gaje, alur kadang kecepetan, ending yang nggantung, dsb
Genre: Romance/Drama
Summary: Sivia tersenyum kepada Riko. Senyum yang manis. Walaupun sebenarnya, ia masih berusaha menguatkan hatinya menerima kenyataan yang entah sampai kapan akan disesalinya.

“...Disaat kau mengungkapkan kenyataan itu, sejak saat itu yang ku tahu, aku telah kehilangan cinta pertamaku...

***

Hari Minggu yang tenang, disebuah komplek perumahan, tampak seorang laki-laki terburu-buru menuju sebuah rumah. Tanpa memberi salam sama sekali, laki-laki itu langsung memasuki rumah tersebut.

"Via...Via...Via!! Gue pinjem tugas dari Pak Gunawan. Gue belum selesai, udah keriting otak gue ngerjainnya" laki-laki itu memecah keheningan didalam rumah tersebut. Tampak di dalam rumah, seorang perempuan sedang duduk santai sambil menonton tv.

Perempuan yang dipanggil Via tersebut hanya menatap bingung laki-laki yang kini sudah berada dihadapannya. Tapi, tak menunggu lama dia segera beranjak ke kamarnya di lantai dua, menuju meja belajar yang terletak di dekat jendela dan mengambil beberapa kertas berisi tugas Matematika Diskrit yang telah selesai dia kerjakan semalam. Via kembali ke tempat laki-laki tadi, yang sudah seenaknya masuk kerumahnya tanpa meminta izin sama sekali.

Ketika Masa Itu Kembali


Opening Quotes

Menunggu adalah hal yang paling membosankan. Tapi tidak bagi mereka yang menunggu dengan sebuah harapan dan do’a di hati mereka.

 ***

Shilla menapaki kakinya dengan pasti menuju sebuah bukit kecil yang berada dibelakang perumahan tempat tinggalnya. Setiap hari ia melakukan rutinitas ini.  Semenjak matahari mulai tergelincir ke barat, ia akan menuju ke tempat yang sama, melakukan hal yang selalu sama, dan pulang dengan perasaan yang sama. Tak pernah berubah. Sejak 10 tahun lalu.
Shilla akan menyapa dan tersenyum pada setiap orang yang dijumpainya selama perjalanan menuju bukit. Semua orang dapat merasakan kehangatan di setiap pancaran sinar mata gadis itu. Terkadang ia membawa tugas sekolahnya untuk ia kerjakan di  bukit itu. Tapi semua orang akan merasakan hal yang sama pula setiap kali Shilla pulang –saat menjelang malam- dari bukit itu. Sinar kehangatan itu hilang. Digantikan dengan pancaran keputusasaan  dan kekecewaan.
Tak banyak yang tau apa yang Shilla lakukan di bukit itu hingga mampu mengubahnya saat ia kembali. Sebenarnya yang dilakukan oleh Shilla hanya hal biasa.

Tulisan Cerewet 2

Coretan ini kubuat saat sedang mengalami kegalauan tingkat akut memikirkan masa liburanku. Aku mendapatkan jatah libur semester ini selama satu bulan. Cukup lama, bukan? Tapi tidak bagi aku yang merupakan seorang perantau ini. Meninggalkan kota tempat kelahiranku menuju kota yang –dulu- saat mendengarnya saja sudah membuatku malas. Bandung.
Aku hanya bisa menghela nafas berat saat melihat kalender yang terdapat pada ponselku. Kurang dari dua minggu lagi aku harus kembali menjalani rutinitasku sebagai seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta di kota kembang itu. Aku tidak seperti beberapa orang temanku yang ingin segera kembali kesana. Kalau aku bisa meminta, aku ingin jatah liburanku diperpanjang, karena satu bulan itu hanya terasa bagai hembusan angin dibandingkan dengan waktu yang kuhabiskan berbulan-bulan disana.

1001 Kisah antara Aku, Kamu, Kita dan Mereka

Title: 1001 Kisah antara Aku, Kamu, Kita dan Mereka
Pairing: Cakka x Agni
Warnings: lebay, pergantian waktunya kurang jelas, dsb.
Genre: Romance/Drama
Summary: “Sepenggal Kisah dari Sebuah Masa.” Gabriel menatapku seolah tak percaya. Aku balas menatapnya dengan tersenyum.
Inilah awal sepenggal kisah itu di mulai. Hanya sepenggal, tapi begitu membekas. Kisah tentang masa-masa yang tak mungkin terulang...”
***
Sudah hampir sejam aku membersihkan rumahku ini. Jadwal deadline di kantor beberapa hari lalu membuat aku sedikit mengabaikan kebersihan di rumah. Oh iya, perkenalkan nama aku Agni Nubuwati, biasa disapa Agni. Aku seorang GM disebuah perusahaan properti. Boleh dibilang kehidupanku saat ini di atas rata-rata.
Walaupun sudah memiliki posisi yang cukup bagus, untuk urusan rumah aku lebih senang melakukannya sendiri. Karena itu, sampai saat ini aku tidak pernah menyewa pembantu. Aku masih bisa mengatur antara urusan rumah dan urusan kantor. Yah, walaupun terkadang sering membuatku kerepotan sendiri.
Sekarang aku berada di gudang rumah. Beginilah aku. Aku akan melakukan pembersihan besar-besaran jika sudah cukup lama tidak bersih-bersih. Termasuk gudang ini, juga akan aku bersihkan. Walaupun aku akui, aku sendiri pun bingung akan memulai dari mana. Gudang ini jarang aku sentuh saat sedang bersih-bersih biasa.
“baiklah, mari kita mulai”
Aku mulai membersihkan tiap sudut gudang yang –untungnya- tidak terlalu besar ini. Beberapa tumpukan kardus yang berserakan kembali aku susun, lantainya pun aku sapu bersih. Sebenarnya, ada kesenangan tersendiri bagi diriku sewaktu membersihkan gudang. Biasanya aku akan mendapatkan ‘kejutan’ yang tak terduga dari sini.
Ha, baru saja aku mengatakannya, mataku sudah menangkap sebuah pajangan berbentuk bebek. Aku mengambil pajangan itu. Aku ingat, bebek ini aku buat saat aku masih SMA dulu. Waktu itu aku sedang membersihkan kamarku dan aku menemukan sebuah kalender tahun sebelumnya. Rasanya sayang jika harus membuangnya. Tapi jika menyimpannya, itu hanya akan memenuhi tumpukan kertas dikamarku saja.
Akhirnya, aku menyulap kalender bekas itu menjadi sebuah pajangan berbentuk bebek. Ah, aku sudah bisa menambahkan pernak-pernik dari kertas di kamarku tanpa perlu mengeluarkan uang untuk membeli kertas origami.

Sang Pemimpin

Pria itu berjalan menuju podium kecil yang terletak ditengah lapangan. Seluruh siwa-siswi SMA Bakti Negri telah berkumpul di de depan podium itu. Mereka baru selesai melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin. Entah mengapa, lapangan yang semula ribut mendadak hening. Semua mata tertuju pada pria yang ada didepan mereka.

Dewi, salah satu siswi kelas XI yang berada dilapangan tersebut, memperhatikan sekitarnya, Tak hanya para siswi, para siswa pun menunjukkan semacam 'keterpesonaan' terhdap laki-laki itu. Ada apa dengan pria di depan ini? pikirnya. Pria tersebut pun mulai bersuara.

"Assalammu'alaikumwr. wb." ucapnya.
"Wa'alaikumsalam wr.wb." jawab seluruh siwa.
"Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua..." pria tersebut mulai menyapa semua yang ada di lapangan tersebut. Hmm...tidak semua juga sih. Layaknya pidato, ceramah, dan yang sejenisnya, pria itu menyapa semua yang hadir dari yang memiliki pangkat tertinggi di sekolah tersebut hingga seluruh siswa SMA Bakti Negri. Ingat! Tidak di absen satu per satu.

Tuesday, May 24, 2011

Tulisan Cerewet 1

Yeay!!! Ini tulisan pertama diblog kedua aku. Buat semuanya kalau ada yang mau liat blog aku yang pertama, bisa mampir kesini. Sengaja bikin blog baru, karena ini merupakan salah satu tugas kuliah. Sebenarnya sih boleh mengolah blog sendiri bagi yang sudah punya. Tapiiii...syaratnya harus mempunyai tema. Nah, masalahnya blog aku itu kan belum memiliki tema terpusat. Untuk itulah, aku memilih membuat blog baru.

Setelah ini blog jadi, aku dilanda kebingungan yang baru, mau diisi dengan tema apaan nih blog?? Bingung tingkat dewa dah nentuinnya. Setelah mengobok-obok isi kepala aku, akhirnya aku putuskan! Insya Allah tema dari blog aku ini berisi cerita. Bisa cerita dari aku, beberapa buah cerpen yang aku buat -dan aku posting di blog pertama-, pokoknya semua hal yang bisa aku bagiin dan -semoga- menginspirasi semuanya. Berharap semoga blog ini tidak terlantar ya.

-Salam Tulisan Cerewet-
24 Mei 2011